Search This Blog

Saturday 16 November 2013

Gunung Slamet, luar dan dalam yang sangat menakjubkan!!


Yihaa nulis lagi di blog hahai..
Hai teman yang suka dan ga suka dengan tulisan gue, apa kabar? Baik yah pastinya, kalo kurang baik udah pasti penyebabnya karena kurang jalan-jalan tuh hihi :D
Biasa deh udah awal bulan, wajib ngepost satu cerita nih biar ga sepi-sepi amat blog gue. Lagian ceritanya juga masih anget banget kok, masih minggu kemarin juga. Kali ini trip yang gue jalanin ke gunung slamet, gunung tipe strato dengan tinggi badan 3.428 mdpl, lumayan bgt tingginya men. Dan ini merupakan atap nya jawa tengah loh.
Rencana ini udah gue buat setelah ga lama turun dari semeru agustus lalu, makanya menurut gue cukup mateng bgt. Dan setiap mau ngetrip, gua pasti jauh-jauh hari, ini bertujuan biar gue bisa search info tentang tujuan gue tersebut dan juga bisa ngatur jadwal buat masing-masing pribadi.
Sehari, seminggu, sebulan, dua bulan berjalan setelah gue beli tiket kereta ekonomi, tinggal beberapa hari tersisa buat nyiapin jiwa dan raga serta kocek dana. Tapi yang terjadi bukannya makin solid, temen gue 2 orang maalah batal dengan segala alesan yang ada. Ga heran, ada aja deh. Dengan berniat neken budget yang ada, gue bermaksud untuk nyari pengganti 2 orang tersebut, gerak cepet, setset dapet. Tapi apa yang terjadi lagi, temen gua yang katanya mau gantiin gue malah undur diri lagi. Faaaaakkk!!
Terserah mau bacot apa kek, menurut gue travelling itu pilihan. Pilihan untuk milih jalur apa yang lo cintai, pilihan mana yang baik atau benar. Waktu yang lama sebelumnya udah jadi ancang-ancang buat memuluskan jalan lo biar nyaman ikut trip, ya ga sehh?
Akhirnya, dengan kepala tegak gue tetep jalan ke gunung slamet dengan hanya satu orang teman gue. Andrean Ady Prasstyo, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Indraprasta semester 5, bersiap di hari H, sabtu malam itu kita repacking ulang di kantor gua. Setelah semua beres, jam setengah 8 malem kita jalan ke stasiun senen. Tiba disana pukul 9, tak lama kereta sudah masuk jalur untuk melakukan persiapan juga. Kami pun berjalan menuju gerbong 6 sebagaimana yang tertera di tiket dalam genggaman. Cepat kami duduk dan bersantai, dan saya dengan riang menyanyikan lagu kereta malam haha.
Karena malem dan besok gue dan andre bakal keluarin tenaga banyak buat trekking, alhasil gue milih buat tidur d kereta. Tidur dengan nyenyak dan pas banget kebangun di stasiun purwokerto. Langsung buru-buru bangunin andre dan ambil tas buat turun. Haha namanya juga kereta berenti sebentar, daripada keburu jalan keretanya. Jam dinding menunjukan pukul 3 subuh, belom ada angkot disana men. Yaudeh jalan kaki aja, ditengah jalan lewat deh truk lumayan buat tumpangan sedikit. Pas banget baru turun, ada bis ¾ yang lewat mau ke terminal. Dari terminal langsung nyambung lagi naek angkot ke pertigaan serayu, trus naek carry deh terakhir buat sampe ke bambangan.


Bambangan itu adalah kaki gunung slamet, tempat hunian terakhir warga sana, alias setelah itu trekking buat ke puncak sana. Perjalanan itu menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam. Karena setelah registrasi di basecamp, gue dan andre langsung mulai trekking biar waktu yang udah gue susun bisa berjalan dengan lancar. Akhirnya, tepat pukul 07.00 pagi perjalanan sesungguhnya baru dimulai.


Berjalan sedikit membungkuk karena tanjakan kecil dengan menopang carrier pada awalnya, setelah membaca lajur pendakian kami berjalan lurus terus melewati persawahan holtikultura. Awal nya gue agak ragu, karena setelah beberapa waktu berjalan kami tidak menemukan lapangan bola yang menjadi lajur pendakian untuk dilalui. Benar saja ketika jalan sudah buntu, para pendaki dari jalur yang benar berteriak kea rah kami, “wooooyyy maaassss, jalan nya kearah sini” kurang lebih seperti itu. Akhirnya dengan menerabas ilalang tinggi kami segera menghampiri  para pendaki tersebut. Tak lupa terima kasih kami haturkan ke mereka karena telah menunjukan jalan yang benar.

Terus berjalan beriringan kami sampai di pos I, dan sampai kami di bedeng usang pukul  08.15 beristirahat sebentar dan makan roti, karena kami belum mendapatkan nutrisi sejak terakhir di kereta. Setelah cukup beristirahat selama 10 menitan, gue dan andre lanjut jalan. Sunyi sepi, hanya derap langkah dan dengusan nafas kami saja yang menemani perjalanan pagi itu. Mungkin karena bukan waktunya musim mendaki, kami merasa benar-benar survive dengan alam. Pemandangan terbatas karena lebih di dominasi oleh pohon yang berjajar acak kiri maupun kanan. Hingga sampai di pos II pada pukul 09.30.


Kembali beristirahat, sejenak mengatur nafas agar kembali normal, serta meneguk air minum yang sudah kami bawa dari serayu tadi. Kembali berjalan, karena time management harus pas untuk lancarnya target waktu. Bertemu dan bersapa dengan pendaki yang baru naik dan turun adalah komunikasi yang sangat kekeluargaan. Sangat indah rasanya, dapat mengenal satu dengan yang lain sebagai keluarga besar, pendaki.
Awan kelam sedikit menemani langkah demi langkah yang kami jalani, alhasil tepat saat kami tiba di pos III, geirimis turun menemani anggunnya gunung slamet. Kami bergegas memakai jas hujan. Karena udara semakin dingin, gue untuk memutuskan untuk tetap bergerak pada pukul 11.45 agar ada pembakaran yang terjadi di dalam badan kami. Lajur yang licin membuat kami harus berhati-hati dalam berpijak. Karena sangat berbahaya apabila terjatuh. Itu salah satu penyebab sangat lambat nya pergerakan gue, karena tenaga banyak terkuras untuk menjaga kestabilan badan dengan carrier yang cukup berat.


Tiba di pos IV pukul 13.15, kami kembali beristirahat untuk sekedar menarik nafas dan mengisi tenaga dengan perbekalan kami. Untung hujan yang turun tak lama, sehingga kami bisa membuka jas hujan yang agak sedikit merepotkan untuk berjalan. Kembali berbincang dengan pendaki lain, tadinya kami akan mendirikan tenda di pos VII, tapi dengan berbagai pertimbangan gue memutuskan untuk ngecamp di pos V, artinya tinggal satu pos lagi di depan dan kami langsung bergegas jalan sebelum hari semakin sore dan udara dingin yang mengigit kulit.


Berjalan dengan santai karena lelah, akhirnya kami tiba juga di bangunan tua kedua pada lajur pendakian tersebut pukul 14.30. Sudah cukup banyak rupanya yang mendirikan tenda disini. Setelah memilih tempat yang cukup baik kami membangun tenda. Setelah semua rapi, langsung jadi chef dadakan haha, masak apa aja yang di bawa, makan apa aja yang bisa di makan.

Namanya juga bujangan asal, nasi baru setengah mateng harus kita makan, ini karena persediaan air yang ada tinggal 2 botol besar. Dengan lauk sarden, tempe orek, dan pilus beeehhh edan nikmatnya , (buat gue) tapi buat andre pasti kaga enak haha, orang suapan pertama aje itu nasi setengah mateng disemburin ke muka gue bahaha sori ye nyeng.

Kelar makan, rapi-rapi tenda kami rebahan setelah kurang lebih 7 jam jalan, dengan view luar hutan plus kabut. Andai terang, lukisan sindoro sumbing pastinya yang Nampak nan jauh disana. Di tambah dengan mendengarkan lagu “sewindu” dari tulus sebagai teman kami saat itu, sunyi banget braaayy.

Tertidur nyenyak,  kami terbangun dengan suara gemuruh hujan yang turun saat itu, masih dalam keadaan terpejam, kami menyangka saat itu adalah jam 02.00 pagi. Karena andre berkata, “yah, dir ujan. Gimana dong?”, saya yang masih mengigau pun menjawab dengan diplomatis, “yaudah nyeng mau gimana lagi, tujuan kita menikmati alam dan sampe rumah selamat, bukan puncak tujuan kita”.

Tertidur lagi dan anehnya lagi kami berdua bangun secara bersamaan pada pukul 01.45. “lah, nyeng ini baru jam 2?” kataku. “lah iya, berarti pas tadi kita ngomong ujan belom jam 2 gila” timpalnya. Langsung gue suruh dia bersiap” karena kita akan summit ke puncak slamet. Berhiaskan pakaian dobel 3 dan celana lapis 2, kami keluar dan langsung diserang oleh kawanan angin yang sangat ekstrim. Dingin paraaah.
Karena kami belum tau jalur” pendakian, kami memlih untuk bergabung dengan pendaki lain yang akan summit, tapi mereka baru berangkat 02.30 nanti. Yasudah gue dan andre buat mie rebus dulu buat ngangetin badan dan penambah tenaga. Pukul 02.30 pun kami berjalan dengan pelan dan hati-hati. Cepat rasanya kami tiba di pos VI, dan memilih untuk memisah dari kelompok tersebut karena  mereka menunggu temannya yang sedang ada problem.


Kami terus bergerak ke pos VII, tiba disana ada 4 tenda di luar ditambah satu bedeng. Terus jalan dan belum bertemu pendaki lain, hingga pos VIII. Akhirnya di pos IX pelawangan, semua terlihat jelas dibelakang sana. Awan gelap sudah mulai beradu dengan gradasi warna merah dan orange. Jalur batu suci merah kami pijak terus, sambil sesekali melihat ke belakang berharap sang surya belum Nampak hingga kami berada di puncak.



 Setengah perjalanan, semburat kuning emas mengintip hangat dari permukaan jauh disana. Walau belom sampai di puncak, mata ini sangatlah takjub, sedikit bulir air mata terasa memenuhi kelopak mata ini. Gue langsung merasa, surga ada disini, di Indonesia. Terus menapak dengan semangat, hingga pukul 05.40 kami tiba diatas sana. Atap langit jawa tengah. Gunung slamet 3.428 mdpl. Segala puji syukur kami terus sebut karena dapat diberikan kesempatan menikmati sentuhan sang pencipta. Berfoto, bersalaman dengan pendaki lain, makan kecil, dan memandang lepas ke seluruh penjuru mata angin. Subhanallah.



Pukul 07.00 kami bergegas turun untuk dapat sampai tepat pada waktunya, kembali melewati pos-pos tersebut dan sedikit berfoto untuk kenangan suatu saat nanti. Jam 08.40 kami sudah tiba di camp dan membagi tugas agar pekerjaan dapat selesai dengan singkat. Saat hendak mengambil air dari sumber mata air, ternyata air yang mengalir kotor dan kurang baik untuk dikonsumsi. Setelah selesai packing, pukul 10.00 pagi itu kami turun dengan hati riang, tentunya dengan tidak meninggalkan sampah.

Terus menuruni gunung dengan tidak ada air, membuat gue cukup gila. Dehidrasi terasa sekali, sehingga menimbulkan kurangnya konsentrasi . kami terus berjalan pelan, hingga telah melewati pos I, disana kami bertemu dengan sekelompok pendaki, dan gue meminta air sedikit hanya untuk membasahi tenggorokan. Terima kasih mas disana, air itu terasa air surga bagi gue. J. Maha besar tuhan pencipta segalanya, disaat gue membutuhkan air, hujan turun dengan perlahan. Sedikit gue meminum air yang turun dari langit. Segaaaaaarrr!

Hampir sampai, kamipun kembali tersasar, keragu-raguan yang membuat  gue bingung, akhirnya dengan pilihan andre kita tiba di pintu masuk jalur pendakian gunung slamet. Ditengah hujan yang turun, kami berjalan sambil berkata luar biasa atas pengalaman ini. Tos atas sampainya kami dengan selamat. Kembali saya mengisi mata ini dengan air mata kebahagiaan.

Perjalanan pun dilanjutkan dengan berbagai angkutan hingga kami tiba di stasiun dan kembali ke ibukota dengan segala hiruk pikuknya pada tengah malam saat itu.

Terima kasih kepada seluruh orang-orang yang telah ada pada cerita ini dan orang-orang yang mendukung perjalanan ini. Kalian adalah motivasi buat gue, motivasi yang selamanya membakar diri ini untuk jadi yang lebih baik. Selamat untuk andre, teman gue yang telah mau ikut dari orang bajingan ini, lo hebat!! Sampai jumpa lagi yah di kesempatan lain nya. Paling bulan depan kok :D




















Saturday 12 October 2013

Mencoba Menggapai Atap Langit Pulau Jawa, Semeru!



Pagi itu, Senin 12 Oktober 2013, jam telah menunjukan pukul 05.00, hati ini sudah tidak sabar untuk melakukan perjalanan pertama untuk mendaki gunung. Ya, liburan kali ini berkesan cukup berbeda dari biasanya, bukan pantai dan juga bukan kota dan gemerlapnya yang menjadi tujuan saya kali ini, akan tetapi puncak para dewa, Semeru. Jenuhnya suasana kota yang memaksa saya untuk mengambil waktu untuk meninggalkan ibukota yang memuakkan. Saya masih memiliki waktu beberapa hari untuk bisa berlibur karena saat itu masih dalam suasana hari besar Idul Fitri. Telah lama saya merencanakan perjalanan ini, walau sejujurnya bukan Semerulah tujuan utama saya melainkan Pulau Sempu yang memang masih dalam lingkup Malang. Teman yang mengajak saya untuk ikut bergabung dalam perjalanan yang luar biasa ini, dan tanpa ragu saya iyakan tawaran tersebut.
Setelah banyak bersiap dan memastikan diri tidak ada yang terlewat, jam 7 pagi saya pergi ke tanah abang karena telah ada janji dengan seseorang, singkat cerita pukul 14.00 saya sudah berdiri diatas rangkaian besi tua bertenaga diesel milik PT.KAI, matarmaja namanya, sedikit merinding sesaat setelah kereta berjalan, memang setiap perjalanan saya selalu merasakan hal seperti ini, mungkin karena akan meninggalkan orang-orang yang saya cintai untuk beberapa saat. Gemuruh suara gesekan roda dengan rel memang sangat khas di telinga, selain itu, suara para penumpang yang saling bercengkrama satu dengan yang lain mengisi suasana gerbong yang selalu padat untuk kelas ekonomi. Untuk jurusan Malang, kereta ini memang menjadi favorit oleh seluruh kalangan, termasuk rombongan pendaki seperti halnya saya.
Detik berdetak, menit mengiringi, jam pun setia mendampingi, tak terasa malampun menjelang dan saya memilih tuk tidur menikmati kesendirian, berkali-kali diri ini terbangun dengan berbagai alasan, hingga akhirnya subuh itu, kuda besi yang berangkaian telah tiba di Stasiun Kediri, ini artinya tak lama lagi saya akan tiba di Malang, jam 8 pagi setelah kurang lebih 16 jam berada diatas kereta, Stasiun Malangpun menyambut kedatangan saya yang kedua kalinya dengan udara khas pagi kota apel, panas yang terik tetapi hawa sangat terasa dingin.
Setelah turun saya langsung menuju tempat penitipan motor yang khas sekali oleh para pendaki dijadikan tempat untuk menginap, sambil menunggu teman saya yang akan dating dengan kereta yang berbeda, saya berbincang tentang kota ini. Tak lama, hanya sejam batang hidung teman saya terlihat, dia bersama dengan teman kuliahnya yang juga akan mendaki ke Semeru. Pagi dari malang harus mencoba ketan bubuk kedelai tepat di depan Stasiun, khas Malang.
Hal yang sudah tidak perlu anda pertanyakan ketika berada di kota orang memiliki waktu senggang, kuliner. Yap kuliner malang sangat beragam, mumpung kami masih memiliki waktu 1 hari kosong, kami mencoba beberapa penganan yang khas disini seperti Soto Lombok, Lontong Kuah, Baso Bakar, sayang yang paling saya incar, Es Tawon sudah habis, berjalan kaki dari siang sampai pukul 10 malam memang sangat terasa, ternyata setelah ditotal hari ini kami telah berjalan 9Km lumayanlah buat latihan. Mungkin karena telah lelah berjalan, tak sampai 1 jam pun kami telah terlelap dengan ganteng diatas jejeran motor yang menginap disana.
Selamat pagi malang, kembali Ketan Bubuk dan Susu Jahe jadi sarapan kami yang lezat dan murah, setelah sarapan rombongan sayapun tiba dari Jakarta, jam 8 juga telat 1 jam dari yang tertera di tiket kami. Langsung bergabung dan berkenalan, jumlah kami cukup banyak dari rombongan yang lain, berjumlah 24 orang, wooww. Segera kami menyewa angkot menuju arah Tumpang, tempat awal para pendaki untuk menuju ke awal kita mendaki Ranu Pane, kurang lebih proses registrasi dan persiapan yang lain pukul 2 siang kami berangkat menggunakan truk, sangat fantastis menarik, karena kanan kiri jalan kami disuguhkan dengan hamparan pegunungan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang masih perawan, dan saya sangat berharap akan terus terjaga sampai kiamat menyambut. Janganlah negara ini terus dieksploitasi oleh para penguasa yang gila akan duniawi, Bantu menjaga dan memelihara bumi yang apik adanya.
Tiba pukul 16.00 pimreg langsung registrasi ke kantor pendaki guna mendaftar agar bisa mendaki, tak lama hanya setengah jam proses pun selesai, tapi karena rombongan telah melakukan perjalanan panjang maka dengan dewasa kami memilih untuk menikmati malam ini di Ranu Pane. Malam itu, malam pertama untuk saya merasakan alam yang sesungguhnya pada langit berbintang, pengalaman yang luar biasa adanya. Cepat berjalan pagi 15 Agustus menyambut kami dari ketinggian 2200 mdpl, dingin menyelimuti kawasan tersebut, pengukur suhu menunjuk pada 14 derajat Celsius.
Tak ingin terus terlena disana kami pun lantas membagi rombongan menjadi 4 kelompok agar saat diperjalanan tidak penuh sesak. Saya masuk dalam kelompok terakhir yang beranggotakan 6 orang koprok, tile, ogi, kirana, pionk, dan saya. Perjalanan yang sangat nikmat terasa, peluh terus mengucur di dahi dan cepat meresap oleh kain yang diikatkan di kepala. Naik turun bukit, medan berpasir menjadi teman kami selama 6 jam, tak terasa pukul 15.00 kami sampai pada sebuah tempat yang tidak ternilai indahnya, mungkin saya dapat mengatakan saya orang yang beruntung karena telah mencicipi surga yang telah dibuat oleh Tuhan YME, walau surga yang ada di dunia. Subhanallah, itu kata yang pertama terlontar dari bibir ini, indah nian negara dengan isinya, kami telah sampai di Ranu Kumbolo, bagi para pendaki inilah surganya Semeru.
Berdiskusi santai sambil beristirahat di Ranu Kumbolo jadi pilihan kami saat itu, tak lama kami pun mendirikan tenda untuk bermalam dan melindungi kami dari dinginnya suhu disana. Matahari pun sejenak beristirahat dan berganti dengan bulan dengan cahayanya, ribuan bahkan jutaan bintang terang terasa dekat dengan diri ini, ingin rasanya menggapainya dari atas bukit yang lebih tinggi di selatan tenda kami. Setelah makan malam kami pun bercengkrama dan menentukan gimana kelanjutan perjalanan ini, karena dari salah satu anggota sempat bertanya dengan ranger dan membawa kabar yang cukup ironis, kami belum mendapatkan izin untuk ke puncak pada tanggal 16-17 Agustus, kabar baiknya kami bisa berdiri dengan gagah disana pada tanggal 18, dan akhirnya dengan pertimbangan yang matang kami memilih berada di Ranu kumbolo hingga tanggal 17 pagi dan baru melanjutkan perjalanan agar semakin dekat ke Mahameru, pada malam 16 agustus badan ini terasa dingin sekali suhu saat itu menunjuk -4 derajat celcius, tak kuat saya memilih untuk cepat memejamkan mata.
Dan pagi itu 17 Agustus 2013 saya upacara dengan seluruh para pendaki di Ranu Kumbolo, sangat khidmat. Kami merasa kami bagian dari negara ini dan sekuat tenaga menjaga dan merawatnya, tidak membiarkan negara ini hancur oleh peradaban yang salah kaprah. Selesai pukul 09.00 upacara, kami pun lekas merapihkan tenda untuk bersiap jalan ke Kalimati. Jam 10.00 kami jalan, baru 15 menit berjalan, 2 bukit berdekatan menjadi awal pagi pembakar semangat. “Tanjakan Cinta” para pendaki menyebutnya. Dari mitos yang kental tentang Tanjakan Cinta, siapapun yang berhasil melewati tanjakan dengan elevasi kemiringan mencapai 60 derajat ini sambil memikirkan orang yang kita sayang tanpa sekalipun melihat kebawah, niscaya cinta kita kan kekal abadi bersamanya di masa depan, hanya sekedar mencoba sayapun jua melakukannya, baik benar atau tidaknya biar Tuhan yang menentukan.
Berhasil walau harus terhenti 4 kali, saya mampu menepati syarat yang diajukan. Tak lama menurun ke savanna dengan hamparan lavender yang mengalami kekeringan, hampir seperti terbakar seluruhnya, hanya menyisakan titik-titik tertentu tang memiliki warna ungu yang menyejukan mata. Berjarak 10 menit dari sana kami tiba di Cemoro Kandang, tempat barisan pohon cemara yang saling beraturan. Terus berjalan menanjak dengan lebar jalur hanya 1 meter kami terus berjalan hingga 3 jam dan tiba di Bambangan, pos terakhir sebelum Klimati dengan latar belakang puncak Mahameru. Terus bersemangat hanya sejam kemudian kami tiba di Kalimati dan sudah banyak para pendaki disana dengan tenda di pinggiran lapangan. Mungkin berjumlah 300an orang.
Lekas mendirikan tenda dan memasak agar bisa cepat beristirahat karena nanti malam kami akan Summit ke Mahameru, jam 6 pun kami sudah bersantai dan jam 8an hampir semua telah beristirahat untuk mempersiapkan diri dan tenaga malam nanti. 2 jam beristirahat sudah lumayan cukup membuat kami bersemangat menyambutnya, setelah bersiap jam 11 malam kami berjalan, bertemu dengan para pendaki dan kami menyadari bahwa malam ini akan sangat ramai diatas nanti, dan benar saja setelah melewati Arcopodo dan hampir sampai pada Pelawangan kami terhenti dengan antrian yang panjang hingga puncak. Rombongan berunding langkah apa yang harus ditempuh dengan keadaan seperti ini. Arloji menunjuk pukul 1.30 dinihari dengan pertimbangan waktu kami tidak dapat melanjutkannya karena setelah itu akan melakukan perjalanan turun yang amat jauh hingga Ranu Pane, akhirnya jam 2 kami turun dengan lapang dada.
Tidak memaksakan kehendak pribadi dan memikirkan keselamatan bersama adalah kunci disini, semua ego harus jauh dibuang jangan sampai mengalahkan segalanya. Turun bersama dan tiba di Kalimati kembali pada pukul 3 dinihari, dingin semakin menusuk pori-pori tubuh, kembali istirahat adalah jalan yang tepat. 18 Agustus pagi kami menikmati hangat mentari dari dari mati, makan bersiap untuk kembali turun dan sebagainya, dan berjalan pada pukul 12.00 siang. Cepat sekali rasanya jam 3 sore kami sudah kembali di Ranu Kumbolo, berhenti sejenak istirahat, mempersiapkan air secukupnya dan melepas kangen, karena entah kapan kami akan menemui surga ini, semoga tetap terjaga keasriannya.
Tidak boleh lama, karena kami mengejar waktu untuk dapat sampai ke Jakarta 20 agustus kami langsung berjalan menuju Ranu Pane dengan semangat dan akhirnya kami tiba disana pukul 18.30 sore, makan bersih-bersih dan berdoa sejenak telah diberikan keselamatan hingga bisa kembali di kaki Semeru ini. Jam 8 malam kami lanjut menuju Tumpang dengan truk yang berbeda tiba pada pukul 11 malam, disini saya berpisah dengan rombongan karena berbeda transportasi yang digunakan. Saya pun menginap di camp pendaki Tumpang.
Semalam disini dan saling berkenalan dengan para pendaki yang telah turun dan baru akan mendaki semeru adalah cara saya agar tidak begitu canggung. Jam 1 saya pun tertidur bangun pukul 5 subuh melihat hp ternyata arga dan bayu telah sampai di stasiun malam itu. Saya langsung berpamitan dengan ibu pemilik rumah dan dengan para pendaki lain, melanjutkan perjalanan dengan angkot kota ke stasiun pukul 8 pagi. Tiba si stasiun pukul 12.00, arga dan bayu ternyata membeli oleh-oleh sebagai buat tangan dan saya yang lelah hanya meminta untuk dibelikan. Jam 2 kereta kami pun bersiap mengakhiri perjalanan spektakuler manusia biasa.
Ada banyak pelajaran yang saya ambil dari perjalanan kali ini, janganlah memikirkan ego sendiri, tetap bekerjasama dalam situasi apapun yang menyulitkan karena manusia adalah makhluk sosial, dan yang terpenting perjalanan ke gunung bukanlah puncak yang dicari melainkan perjalanan penuh rintangan yang kita hadapi dan nikmati. Sekian :)












Tuesday 3 September 2013

Bromo, Kenangan Indah di Alam Jawa Timur

februari 2013 kemarin adalah bulan yang cukup menjenuhkan buat gue.kenapa? mungkin karena udah cukup lama juga gue ga jalan" dan menikmati indonesia hehe..maka dari itu gue bikin ide perjalanan ke bromo ;)

bromo, siapa sih yang ga kenal dengan kata singkat "bromo"? ga yakin gue kalo kalian ga tau apa itu bromo, kalo lo emang warga negara Indonesia, dan mengaku cinta Indonesia, pasti bgt lo tau sebuah tempat spektakuler yang bernama bromo..

setelah gue ajak sana sini temen" gue rumah maupun kampus, ternyata ga ada yang mau ikut gue ngetrip ke bromo huhu :'(, banyak bgt deh alasan yang mereka kasih ke gue..ada yang ga punya duitlah, ada yang masuk kuliahlah, ada yang inilah itulah, pokonya alesan mulu deh, alhasil gue pun ngetrip sendirian kesana hehe gpp deh sekali" jadi solo backpacker..

karena sendiri, otomatis segala sesuatunya gue persiapin mateng", dari biaya transportasi, biaya angkot, biaya wisata, biaya makan juga pastinya, dan setelah semuanya rampung pada tanggal 21 februari gue jalan dengan kereta matarmaja ke malang..

gue itu biasanya pasif bgt, tapi karena trip kali ini gue sendiri otomatis gue harus sedikit lebih aktif nanya" dan berbicara dengan orang lain, hasilnya pas dikereta gue kenalan dan ngobrol bareng 4 mahasiswa UMJ yang lagi mau liburan ke malang, asik bgt haha, ngobrol" ga sadar ternyata kereta yang ngaret ny 2 jam pun sampe juga di stasiun  kotabaru malang, gue pun turun dan ambil spot" asik buat kenang"an hehe nih hasilnya






karena badan udh lengket bgt gara" 18 jam ngejamur dikereta, gue pun pilih mandi dulu d stasiun, setelah mandi langsung caw ke tujuan pertama gue, apa itu? tererererereeret coban rondo hehe.. ada yang tau tempat apa coban rondo? coban rondo itu air terjun terkenal di malang, letaknya di kota batu malang, kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota malang, itu kalo ngangkot yah kawan haha..

coban rondo ada artinya, yaitu coban= air terjun, rondo=janda, jadi artinya kurang lebih air terjun janda, tapi kawasan sekitarnya menurut gue perawan abis, soalnya tempatnya bener" sejuk, asik, nyaman, keren pokonya yang bagus" deh, sumpah bukan promosi haha






di coban rondo gue ngabisin waktu kurang lebih 1,5jam dan lanjut ke tempat paralayang dideket daerah situ juga, keren bgt view dari sini, lo bisa ngeliat kota batu dari atas dengan jelas, suhu disini siang" juga ga bikin lo keringetan kok, pas gue kesana aja siang suhunya 24 derajat, adem bgt haha..




kelar darisana gue balik ke kota dan solat dulu di mesjid deket alun", lanjut makan cepet karena gue ngejar waktu buat sampe ke bromo malem hari, selesai makan gue langsung ke terminal arjosari dan lanjut naik bis akap yang kearah jember, tapi nturunnya di probolinggo, itu butuh waktu 2 jam dan gue pilih buat tidur, lumayan istirahat hehe, bangun sampe sana gue langsung cari angkot spesial yg bakal anter ke cemoro lawang, tempat para wisatawan bermalam kalo mau ke bromo..

karena berhubung angkotnya nunggu penuh dulu, yaudh gue duduk di depan warung, dan kenalan sama 3 orang yang juga mau wisata ke bromo, pas gue tanya ternyata orang cibubur!buset deh jauh" udah sampe sini masih aja orang" jakarta juga, cibubur lagi ampuun deh...setelah nunggu kurang lebih setengah jam, angkot pun jalan, dan sepanjang perjalanan, diangkot itu saling kenal"an, selain 3 orang tadi, gue kenalan juga dengan rombongan mahasiswa dr jogja, dia ber-14 orang buset, trus ada lagi duo jogja yang backpackeran juga kaya gue

setelah mengarungi perjalanan yang cukup ekstrim 2 jam, angkot pun sampe juga d cemoro lawang, begitu pintu dibuka, dinginnya langsung nyerang gitu, pas liat hp, suhunya 16 derajat, disitu rombongan mahasiswa langsung masuk ke homestay yg udah d booking sama mereka, yg 3 orang jakarta homestay nya agak lebih ke atas, sisalah gue dan duo jogja tadi, karena saking backpackerannya gue pun ga naro budget buat sewa homestay disini, dan kita pilih cari mesjid buat tempat istirahat, sebelum ke mesjid, kita makan malem dulu deh d warung pinggiran daerah situ..

keesokan harinya ternyata udah ga ada lagi sisa stok kosong jeep buat naik ke pananjakan buat wisata!terus gimane nih? yaudh daripada ngojek biayanya 2x lipet biaya naik jeep, gua dan duo jogja pun pilih jalan kaki! yang naik jeep mah berangkat jam 4an, nah kita berangkat jam brp pemirsa? jam setengah 3 pagi haha, menemouh perjalanan kira" 6km gelap" menembus sawah kol warga, nikmati aja tapi, namanya juga backpacker haha..

sampe pananjakan set 5 pagi, ga lama jam 05.10, matahari pun nonggol sempurna d balik bukit, indah bgt sumpah, kaya lo ngerasain lagi dingin bgt trus langsung d kasih hot choco sama perempuan yg lo dambain haha,





karena udah jam 6 gue pun harus dapet semua wisata disana, akhirnya gue langsung turun dan nyari jeep yg udah disewa orang ke arah pasar tumpang, biar gue bisa ikut nebeng, untung bgt gue dapet, setelah itu gue dengan santai ke puncak bromo, pasir berbisik, dan bukit teletubies dengan biaya 50rb, padahal kalo biasanya 100rb, cerdasnya kamu gustaman haha..






selesai itu semua, gue dan orang yang kasih gue tebengan sampe d pasar tumpang, jam 12, dan langsung lanjut ke stasiun sampe jam 1, kereta gue berangkat dari situ jam 2, karena gue masih punya waktu 1 jam gue pilih buat mandi dan beli oleh" sekitar stasiun, gembel boleh tapi tetep inget oleh" yah kawan haha..

itu tadi kesempatan hidup yang bisa gue rasain buat k bromo, cerita ini ga ada apa"nya ketimbang lo langsung liat pemandangan aslinya, alam Indonesia emang yang terbaik buat gue, walaupun gue ga pernah coba selain Indonesia, tapi gue yakin itu, negara gue yang terbaik, selamanya Indonesia!!