Yihaa nulis lagi di blog hahai..
Hai teman
yang suka dan ga suka dengan tulisan gue, apa kabar? Baik yah pastinya, kalo
kurang baik udah pasti penyebabnya karena kurang jalan-jalan tuh hihi :D
Biasa deh
udah awal bulan, wajib ngepost satu cerita nih biar ga sepi-sepi amat blog gue.
Lagian ceritanya juga masih anget banget kok, masih minggu kemarin juga. Kali
ini trip yang gue jalanin ke gunung slamet, gunung tipe strato dengan tinggi
badan 3.428 mdpl, lumayan bgt tingginya men. Dan ini merupakan atap nya jawa tengah
loh.
Rencana
ini udah gue buat setelah ga lama turun dari semeru agustus lalu, makanya
menurut gue cukup mateng bgt. Dan setiap mau ngetrip, gua pasti jauh-jauh hari,
ini bertujuan biar gue bisa search info tentang tujuan gue tersebut dan juga
bisa ngatur jadwal buat masing-masing pribadi.
Sehari,
seminggu, sebulan, dua bulan berjalan setelah gue beli tiket kereta ekonomi,
tinggal beberapa hari tersisa buat nyiapin jiwa dan raga serta kocek dana. Tapi
yang terjadi bukannya makin solid, temen gue 2 orang maalah batal dengan segala
alesan yang ada. Ga heran, ada aja deh. Dengan berniat neken budget yang ada,
gue bermaksud untuk nyari pengganti 2 orang tersebut, gerak cepet, setset
dapet. Tapi apa yang terjadi lagi, temen gua yang katanya mau gantiin gue malah
undur diri lagi. Faaaaakkk!!
Terserah
mau bacot apa kek, menurut gue travelling itu pilihan. Pilihan untuk milih
jalur apa yang lo cintai, pilihan mana yang baik atau benar. Waktu yang lama
sebelumnya udah jadi ancang-ancang buat memuluskan jalan lo biar nyaman ikut
trip, ya ga sehh?
Akhirnya,
dengan kepala tegak gue tetep jalan ke gunung slamet dengan hanya satu orang
teman gue. Andrean Ady Prasstyo, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas
Indraprasta semester 5, bersiap di hari H, sabtu malam itu kita repacking ulang
di kantor gua. Setelah semua beres, jam setengah 8 malem kita jalan ke stasiun
senen. Tiba disana pukul 9, tak lama kereta sudah masuk jalur untuk melakukan
persiapan juga. Kami pun berjalan menuju gerbong 6 sebagaimana yang tertera di
tiket dalam genggaman. Cepat kami duduk dan bersantai, dan saya dengan riang
menyanyikan lagu kereta malam haha.
Karena malem
dan besok gue dan andre bakal keluarin tenaga banyak buat trekking, alhasil gue
milih buat tidur d kereta. Tidur dengan nyenyak dan pas banget kebangun di
stasiun purwokerto. Langsung buru-buru bangunin andre dan ambil tas buat turun.
Haha namanya juga kereta berenti sebentar, daripada keburu jalan keretanya. Jam
dinding menunjukan pukul 3 subuh, belom ada angkot disana men. Yaudeh jalan
kaki aja, ditengah jalan lewat deh truk lumayan buat tumpangan sedikit. Pas banget
baru turun, ada bis ¾ yang lewat mau ke terminal. Dari terminal langsung
nyambung lagi naek angkot ke pertigaan serayu, trus naek carry deh terakhir
buat sampe ke bambangan.
Bambangan
itu adalah kaki gunung slamet, tempat hunian terakhir warga sana, alias setelah
itu trekking buat ke puncak sana. Perjalanan itu menghabiskan waktu kurang
lebih 3 jam. Karena setelah registrasi di basecamp, gue dan andre langsung
mulai trekking biar waktu yang udah gue susun bisa berjalan dengan lancar. Akhirnya,
tepat pukul 07.00 pagi perjalanan sesungguhnya baru dimulai.
Terus berjalan
beriringan kami sampai di pos I, dan sampai kami di bedeng usang pukul 08.15 beristirahat sebentar dan makan roti,
karena kami belum mendapatkan nutrisi sejak terakhir di kereta. Setelah cukup
beristirahat selama 10 menitan, gue dan andre lanjut jalan. Sunyi sepi, hanya
derap langkah dan dengusan nafas kami saja yang menemani perjalanan pagi itu. Mungkin
karena bukan waktunya musim mendaki, kami merasa benar-benar survive dengan alam.
Pemandangan terbatas karena lebih di dominasi oleh pohon yang berjajar acak
kiri maupun kanan. Hingga sampai di pos II pada pukul 09.30.
Kembali beristirahat,
sejenak mengatur nafas agar kembali normal, serta meneguk air minum yang sudah
kami bawa dari serayu tadi. Kembali berjalan, karena time management harus pas
untuk lancarnya target waktu. Bertemu dan bersapa dengan pendaki yang baru naik
dan turun adalah komunikasi yang sangat kekeluargaan. Sangat indah rasanya,
dapat mengenal satu dengan yang lain sebagai keluarga besar, pendaki.
Awan kelam
sedikit menemani langkah demi langkah yang kami jalani, alhasil tepat saat kami
tiba di pos III, geirimis turun menemani anggunnya gunung slamet. Kami bergegas
memakai jas hujan. Karena udara semakin dingin, gue untuk memutuskan untuk
tetap bergerak pada pukul 11.45 agar ada pembakaran yang terjadi di dalam badan
kami. Lajur yang licin membuat kami harus berhati-hati dalam berpijak. Karena sangat
berbahaya apabila terjatuh. Itu salah satu penyebab sangat lambat nya
pergerakan gue, karena tenaga banyak terkuras untuk menjaga kestabilan badan
dengan carrier yang cukup berat.
Tiba di
pos IV pukul 13.15, kami kembali beristirahat untuk sekedar menarik nafas dan
mengisi tenaga dengan perbekalan kami. Untung hujan yang turun tak lama,
sehingga kami bisa membuka jas hujan yang agak sedikit merepotkan untuk
berjalan. Kembali berbincang dengan pendaki lain, tadinya kami akan mendirikan
tenda di pos VII, tapi dengan berbagai pertimbangan gue memutuskan untuk
ngecamp di pos V, artinya tinggal satu pos lagi di depan dan kami langsung
bergegas jalan sebelum hari semakin sore dan udara dingin yang mengigit kulit.
Berjalan dengan
santai karena lelah, akhirnya kami tiba juga di bangunan tua kedua pada lajur
pendakian tersebut pukul 14.30. Sudah cukup banyak rupanya yang mendirikan
tenda disini. Setelah memilih tempat yang cukup baik kami membangun tenda. Setelah
semua rapi, langsung jadi chef dadakan haha, masak apa aja yang di bawa, makan
apa aja yang bisa di makan.
Namanya juga
bujangan asal, nasi baru setengah mateng harus kita makan, ini karena
persediaan air yang ada tinggal 2 botol besar. Dengan lauk sarden, tempe orek,
dan pilus beeehhh edan nikmatnya , (buat gue) tapi buat andre pasti kaga enak
haha, orang suapan pertama aje itu nasi setengah mateng disemburin ke muka gue
bahaha sori ye nyeng.
Kelar makan,
rapi-rapi tenda kami rebahan setelah kurang lebih 7 jam jalan, dengan view luar
hutan plus kabut. Andai terang, lukisan sindoro sumbing pastinya yang Nampak nan
jauh disana. Di tambah dengan mendengarkan lagu “sewindu” dari tulus sebagai
teman kami saat itu, sunyi banget braaayy.
Tertidur nyenyak,
kami terbangun dengan suara gemuruh
hujan yang turun saat itu, masih dalam keadaan terpejam, kami menyangka saat
itu adalah jam 02.00 pagi. Karena andre berkata, “yah, dir ujan. Gimana dong?”,
saya yang masih mengigau pun menjawab dengan diplomatis, “yaudah nyeng mau
gimana lagi, tujuan kita menikmati alam dan sampe rumah selamat, bukan puncak
tujuan kita”.
Tertidur lagi
dan anehnya lagi kami berdua bangun secara bersamaan pada pukul 01.45. “lah,
nyeng ini baru jam 2?” kataku. “lah iya, berarti pas tadi kita ngomong ujan
belom jam 2 gila” timpalnya. Langsung gue suruh dia bersiap” karena kita akan
summit ke puncak slamet. Berhiaskan pakaian dobel 3 dan celana lapis 2, kami
keluar dan langsung diserang oleh kawanan angin yang sangat ekstrim. Dingin paraaah.
Karena kami
belum tau jalur” pendakian, kami memlih untuk bergabung dengan pendaki lain
yang akan summit, tapi mereka baru berangkat 02.30 nanti. Yasudah gue dan andre
buat mie rebus dulu buat ngangetin badan dan penambah tenaga. Pukul 02.30 pun
kami berjalan dengan pelan dan hati-hati. Cepat rasanya kami tiba di pos VI,
dan memilih untuk memisah dari kelompok tersebut karena mereka menunggu temannya yang sedang ada
problem.
Kami terus
bergerak ke pos VII, tiba disana ada 4 tenda di luar ditambah satu bedeng. Terus
jalan dan belum bertemu pendaki lain, hingga pos VIII. Akhirnya di pos IX pelawangan,
semua terlihat jelas dibelakang sana. Awan gelap sudah mulai beradu dengan
gradasi warna merah dan orange. Jalur batu suci merah kami pijak terus, sambil
sesekali melihat ke belakang berharap sang surya belum Nampak hingga kami
berada di puncak.
Setengah perjalanan, semburat kuning emas
mengintip hangat dari permukaan jauh disana. Walau belom sampai di puncak, mata
ini sangatlah takjub, sedikit bulir air mata terasa memenuhi kelopak mata ini. Gue
langsung merasa, surga ada disini, di Indonesia. Terus menapak dengan semangat,
hingga pukul 05.40 kami tiba diatas sana. Atap langit jawa tengah. Gunung slamet
3.428 mdpl. Segala puji syukur kami terus sebut karena dapat diberikan
kesempatan menikmati sentuhan sang pencipta. Berfoto, bersalaman dengan pendaki
lain, makan kecil, dan memandang lepas ke seluruh penjuru mata angin. Subhanallah.
Pukul 07.00
kami bergegas turun untuk dapat sampai tepat pada waktunya, kembali melewati
pos-pos tersebut dan sedikit berfoto untuk kenangan suatu saat nanti. Jam 08.40
kami sudah tiba di camp dan membagi tugas agar pekerjaan dapat selesai dengan
singkat. Saat hendak mengambil air dari sumber mata air, ternyata air yang
mengalir kotor dan kurang baik untuk dikonsumsi. Setelah selesai packing, pukul
10.00 pagi itu kami turun dengan hati riang, tentunya dengan tidak meninggalkan
sampah.
Terus menuruni
gunung dengan tidak ada air, membuat gue cukup gila. Dehidrasi terasa sekali,
sehingga menimbulkan kurangnya konsentrasi . kami terus berjalan pelan, hingga
telah melewati pos I, disana kami bertemu dengan sekelompok pendaki, dan gue
meminta air sedikit hanya untuk membasahi tenggorokan. Terima kasih mas disana,
air itu terasa air surga bagi gue. J.
Maha besar tuhan pencipta segalanya, disaat gue membutuhkan air, hujan turun
dengan perlahan. Sedikit gue meminum air yang turun dari langit. Segaaaaaarrr!
Hampir sampai,
kamipun kembali tersasar, keragu-raguan yang membuat gue bingung, akhirnya dengan pilihan andre
kita tiba di pintu masuk jalur pendakian gunung slamet. Ditengah hujan yang
turun, kami berjalan sambil berkata luar biasa atas pengalaman ini. Tos atas
sampainya kami dengan selamat. Kembali saya mengisi mata ini dengan air mata
kebahagiaan.
Perjalanan
pun dilanjutkan dengan berbagai angkutan hingga kami tiba di stasiun dan
kembali ke ibukota dengan segala hiruk pikuknya pada tengah malam saat itu.
Terima kasih
kepada seluruh orang-orang yang telah ada pada cerita ini dan orang-orang yang
mendukung perjalanan ini. Kalian adalah motivasi buat gue, motivasi yang
selamanya membakar diri ini untuk jadi yang lebih baik. Selamat untuk andre,
teman gue yang telah mau ikut dari orang bajingan ini, lo hebat!! Sampai jumpa
lagi yah di kesempatan lain nya. Paling bulan depan kok :D