Search This Blog

Saturday 16 November 2013

Gunung Slamet, luar dan dalam yang sangat menakjubkan!!


Yihaa nulis lagi di blog hahai..
Hai teman yang suka dan ga suka dengan tulisan gue, apa kabar? Baik yah pastinya, kalo kurang baik udah pasti penyebabnya karena kurang jalan-jalan tuh hihi :D
Biasa deh udah awal bulan, wajib ngepost satu cerita nih biar ga sepi-sepi amat blog gue. Lagian ceritanya juga masih anget banget kok, masih minggu kemarin juga. Kali ini trip yang gue jalanin ke gunung slamet, gunung tipe strato dengan tinggi badan 3.428 mdpl, lumayan bgt tingginya men. Dan ini merupakan atap nya jawa tengah loh.
Rencana ini udah gue buat setelah ga lama turun dari semeru agustus lalu, makanya menurut gue cukup mateng bgt. Dan setiap mau ngetrip, gua pasti jauh-jauh hari, ini bertujuan biar gue bisa search info tentang tujuan gue tersebut dan juga bisa ngatur jadwal buat masing-masing pribadi.
Sehari, seminggu, sebulan, dua bulan berjalan setelah gue beli tiket kereta ekonomi, tinggal beberapa hari tersisa buat nyiapin jiwa dan raga serta kocek dana. Tapi yang terjadi bukannya makin solid, temen gue 2 orang maalah batal dengan segala alesan yang ada. Ga heran, ada aja deh. Dengan berniat neken budget yang ada, gue bermaksud untuk nyari pengganti 2 orang tersebut, gerak cepet, setset dapet. Tapi apa yang terjadi lagi, temen gua yang katanya mau gantiin gue malah undur diri lagi. Faaaaakkk!!
Terserah mau bacot apa kek, menurut gue travelling itu pilihan. Pilihan untuk milih jalur apa yang lo cintai, pilihan mana yang baik atau benar. Waktu yang lama sebelumnya udah jadi ancang-ancang buat memuluskan jalan lo biar nyaman ikut trip, ya ga sehh?
Akhirnya, dengan kepala tegak gue tetep jalan ke gunung slamet dengan hanya satu orang teman gue. Andrean Ady Prasstyo, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Indraprasta semester 5, bersiap di hari H, sabtu malam itu kita repacking ulang di kantor gua. Setelah semua beres, jam setengah 8 malem kita jalan ke stasiun senen. Tiba disana pukul 9, tak lama kereta sudah masuk jalur untuk melakukan persiapan juga. Kami pun berjalan menuju gerbong 6 sebagaimana yang tertera di tiket dalam genggaman. Cepat kami duduk dan bersantai, dan saya dengan riang menyanyikan lagu kereta malam haha.
Karena malem dan besok gue dan andre bakal keluarin tenaga banyak buat trekking, alhasil gue milih buat tidur d kereta. Tidur dengan nyenyak dan pas banget kebangun di stasiun purwokerto. Langsung buru-buru bangunin andre dan ambil tas buat turun. Haha namanya juga kereta berenti sebentar, daripada keburu jalan keretanya. Jam dinding menunjukan pukul 3 subuh, belom ada angkot disana men. Yaudeh jalan kaki aja, ditengah jalan lewat deh truk lumayan buat tumpangan sedikit. Pas banget baru turun, ada bis ¾ yang lewat mau ke terminal. Dari terminal langsung nyambung lagi naek angkot ke pertigaan serayu, trus naek carry deh terakhir buat sampe ke bambangan.


Bambangan itu adalah kaki gunung slamet, tempat hunian terakhir warga sana, alias setelah itu trekking buat ke puncak sana. Perjalanan itu menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam. Karena setelah registrasi di basecamp, gue dan andre langsung mulai trekking biar waktu yang udah gue susun bisa berjalan dengan lancar. Akhirnya, tepat pukul 07.00 pagi perjalanan sesungguhnya baru dimulai.


Berjalan sedikit membungkuk karena tanjakan kecil dengan menopang carrier pada awalnya, setelah membaca lajur pendakian kami berjalan lurus terus melewati persawahan holtikultura. Awal nya gue agak ragu, karena setelah beberapa waktu berjalan kami tidak menemukan lapangan bola yang menjadi lajur pendakian untuk dilalui. Benar saja ketika jalan sudah buntu, para pendaki dari jalur yang benar berteriak kea rah kami, “wooooyyy maaassss, jalan nya kearah sini” kurang lebih seperti itu. Akhirnya dengan menerabas ilalang tinggi kami segera menghampiri  para pendaki tersebut. Tak lupa terima kasih kami haturkan ke mereka karena telah menunjukan jalan yang benar.

Terus berjalan beriringan kami sampai di pos I, dan sampai kami di bedeng usang pukul  08.15 beristirahat sebentar dan makan roti, karena kami belum mendapatkan nutrisi sejak terakhir di kereta. Setelah cukup beristirahat selama 10 menitan, gue dan andre lanjut jalan. Sunyi sepi, hanya derap langkah dan dengusan nafas kami saja yang menemani perjalanan pagi itu. Mungkin karena bukan waktunya musim mendaki, kami merasa benar-benar survive dengan alam. Pemandangan terbatas karena lebih di dominasi oleh pohon yang berjajar acak kiri maupun kanan. Hingga sampai di pos II pada pukul 09.30.


Kembali beristirahat, sejenak mengatur nafas agar kembali normal, serta meneguk air minum yang sudah kami bawa dari serayu tadi. Kembali berjalan, karena time management harus pas untuk lancarnya target waktu. Bertemu dan bersapa dengan pendaki yang baru naik dan turun adalah komunikasi yang sangat kekeluargaan. Sangat indah rasanya, dapat mengenal satu dengan yang lain sebagai keluarga besar, pendaki.
Awan kelam sedikit menemani langkah demi langkah yang kami jalani, alhasil tepat saat kami tiba di pos III, geirimis turun menemani anggunnya gunung slamet. Kami bergegas memakai jas hujan. Karena udara semakin dingin, gue untuk memutuskan untuk tetap bergerak pada pukul 11.45 agar ada pembakaran yang terjadi di dalam badan kami. Lajur yang licin membuat kami harus berhati-hati dalam berpijak. Karena sangat berbahaya apabila terjatuh. Itu salah satu penyebab sangat lambat nya pergerakan gue, karena tenaga banyak terkuras untuk menjaga kestabilan badan dengan carrier yang cukup berat.


Tiba di pos IV pukul 13.15, kami kembali beristirahat untuk sekedar menarik nafas dan mengisi tenaga dengan perbekalan kami. Untung hujan yang turun tak lama, sehingga kami bisa membuka jas hujan yang agak sedikit merepotkan untuk berjalan. Kembali berbincang dengan pendaki lain, tadinya kami akan mendirikan tenda di pos VII, tapi dengan berbagai pertimbangan gue memutuskan untuk ngecamp di pos V, artinya tinggal satu pos lagi di depan dan kami langsung bergegas jalan sebelum hari semakin sore dan udara dingin yang mengigit kulit.


Berjalan dengan santai karena lelah, akhirnya kami tiba juga di bangunan tua kedua pada lajur pendakian tersebut pukul 14.30. Sudah cukup banyak rupanya yang mendirikan tenda disini. Setelah memilih tempat yang cukup baik kami membangun tenda. Setelah semua rapi, langsung jadi chef dadakan haha, masak apa aja yang di bawa, makan apa aja yang bisa di makan.

Namanya juga bujangan asal, nasi baru setengah mateng harus kita makan, ini karena persediaan air yang ada tinggal 2 botol besar. Dengan lauk sarden, tempe orek, dan pilus beeehhh edan nikmatnya , (buat gue) tapi buat andre pasti kaga enak haha, orang suapan pertama aje itu nasi setengah mateng disemburin ke muka gue bahaha sori ye nyeng.

Kelar makan, rapi-rapi tenda kami rebahan setelah kurang lebih 7 jam jalan, dengan view luar hutan plus kabut. Andai terang, lukisan sindoro sumbing pastinya yang Nampak nan jauh disana. Di tambah dengan mendengarkan lagu “sewindu” dari tulus sebagai teman kami saat itu, sunyi banget braaayy.

Tertidur nyenyak,  kami terbangun dengan suara gemuruh hujan yang turun saat itu, masih dalam keadaan terpejam, kami menyangka saat itu adalah jam 02.00 pagi. Karena andre berkata, “yah, dir ujan. Gimana dong?”, saya yang masih mengigau pun menjawab dengan diplomatis, “yaudah nyeng mau gimana lagi, tujuan kita menikmati alam dan sampe rumah selamat, bukan puncak tujuan kita”.

Tertidur lagi dan anehnya lagi kami berdua bangun secara bersamaan pada pukul 01.45. “lah, nyeng ini baru jam 2?” kataku. “lah iya, berarti pas tadi kita ngomong ujan belom jam 2 gila” timpalnya. Langsung gue suruh dia bersiap” karena kita akan summit ke puncak slamet. Berhiaskan pakaian dobel 3 dan celana lapis 2, kami keluar dan langsung diserang oleh kawanan angin yang sangat ekstrim. Dingin paraaah.
Karena kami belum tau jalur” pendakian, kami memlih untuk bergabung dengan pendaki lain yang akan summit, tapi mereka baru berangkat 02.30 nanti. Yasudah gue dan andre buat mie rebus dulu buat ngangetin badan dan penambah tenaga. Pukul 02.30 pun kami berjalan dengan pelan dan hati-hati. Cepat rasanya kami tiba di pos VI, dan memilih untuk memisah dari kelompok tersebut karena  mereka menunggu temannya yang sedang ada problem.


Kami terus bergerak ke pos VII, tiba disana ada 4 tenda di luar ditambah satu bedeng. Terus jalan dan belum bertemu pendaki lain, hingga pos VIII. Akhirnya di pos IX pelawangan, semua terlihat jelas dibelakang sana. Awan gelap sudah mulai beradu dengan gradasi warna merah dan orange. Jalur batu suci merah kami pijak terus, sambil sesekali melihat ke belakang berharap sang surya belum Nampak hingga kami berada di puncak.



 Setengah perjalanan, semburat kuning emas mengintip hangat dari permukaan jauh disana. Walau belom sampai di puncak, mata ini sangatlah takjub, sedikit bulir air mata terasa memenuhi kelopak mata ini. Gue langsung merasa, surga ada disini, di Indonesia. Terus menapak dengan semangat, hingga pukul 05.40 kami tiba diatas sana. Atap langit jawa tengah. Gunung slamet 3.428 mdpl. Segala puji syukur kami terus sebut karena dapat diberikan kesempatan menikmati sentuhan sang pencipta. Berfoto, bersalaman dengan pendaki lain, makan kecil, dan memandang lepas ke seluruh penjuru mata angin. Subhanallah.



Pukul 07.00 kami bergegas turun untuk dapat sampai tepat pada waktunya, kembali melewati pos-pos tersebut dan sedikit berfoto untuk kenangan suatu saat nanti. Jam 08.40 kami sudah tiba di camp dan membagi tugas agar pekerjaan dapat selesai dengan singkat. Saat hendak mengambil air dari sumber mata air, ternyata air yang mengalir kotor dan kurang baik untuk dikonsumsi. Setelah selesai packing, pukul 10.00 pagi itu kami turun dengan hati riang, tentunya dengan tidak meninggalkan sampah.

Terus menuruni gunung dengan tidak ada air, membuat gue cukup gila. Dehidrasi terasa sekali, sehingga menimbulkan kurangnya konsentrasi . kami terus berjalan pelan, hingga telah melewati pos I, disana kami bertemu dengan sekelompok pendaki, dan gue meminta air sedikit hanya untuk membasahi tenggorokan. Terima kasih mas disana, air itu terasa air surga bagi gue. J. Maha besar tuhan pencipta segalanya, disaat gue membutuhkan air, hujan turun dengan perlahan. Sedikit gue meminum air yang turun dari langit. Segaaaaaarrr!

Hampir sampai, kamipun kembali tersasar, keragu-raguan yang membuat  gue bingung, akhirnya dengan pilihan andre kita tiba di pintu masuk jalur pendakian gunung slamet. Ditengah hujan yang turun, kami berjalan sambil berkata luar biasa atas pengalaman ini. Tos atas sampainya kami dengan selamat. Kembali saya mengisi mata ini dengan air mata kebahagiaan.

Perjalanan pun dilanjutkan dengan berbagai angkutan hingga kami tiba di stasiun dan kembali ke ibukota dengan segala hiruk pikuknya pada tengah malam saat itu.

Terima kasih kepada seluruh orang-orang yang telah ada pada cerita ini dan orang-orang yang mendukung perjalanan ini. Kalian adalah motivasi buat gue, motivasi yang selamanya membakar diri ini untuk jadi yang lebih baik. Selamat untuk andre, teman gue yang telah mau ikut dari orang bajingan ini, lo hebat!! Sampai jumpa lagi yah di kesempatan lain nya. Paling bulan depan kok :D