Search This Blog

Tuesday 31 March 2015

arah hidup?

sebagian jiwa disana berjalan mengikuti hembusan angin, barat, selatan, sesuka mata angin membawanya..

memacu adrenalin, menghirup udara bersih paru-paru dunia, berlari tanpa letih meski buih keringat di pelipis mata..

separuh lainnya berada pada suatu titik terang..

menata pondasi, meraih mimpi, untuk menikmati secangkir teh hijau dari villa dengan latar indah diwaktu senja, khas gaya asia timur..

sedangkan aku, belum menemukan jalan mana yang akan aku pilih, kanan atau kiri..

aku ingin berada didua sisi koin tersebut, memadukan A dan B hingga menjadi paripurna..

kau? jadilah apapun yang kau mau, tanpa terprovokasi oleh siapapun..

nikmati semua dari sudut pandangmu sebagai sutradara..

buat film yang berbeda, khas dirimu, sehingga pita memori yang kau punya bisa kau perbanyak dari bibir tipismu..

Tuesday 17 March 2015

Taman Nasional Ujung Kulon, perlu dijaga kelestarian dan keasriannya :)

Sudah sangat lama saya mendambakan perjalanan titik ujung barat daya pulau jawa. Sebuah tempat yang memiliki pesona magisnya tersendiri menurut saya. Belum sekalipun saya menginjakkan kaki untuk menjelajah kesana, hanya sebatas teluk indah di utaranya. Tapi hati ini yakin bahwa surga tersebut tersimpan apik dengan asingnya daerah tersebut. Hingga suatu hari sahabat mengajak untuk menggali keindahan tersebut bersama sebuah grup perjalanan terkenal di Indonesia.

Tidak sukar bagi saya untuk menentukan ikut atau ngga trip kali ini. Dengan harga yang terjangkau dari perjalanan sebelumnya, langsung saya iyakan tawaran ini. Hari demi hari berlalu hingga tiba waktunya untuk merehat otak ini dari kesibukan harian. Jumat, 13 Februari 2015 malam hari, sesuai dengan janji dengan Kemal a.k.a Kacung, dijemputlah saya di rumah. Setelah persiapan lengkap kami berdua cabut ke kontrakan abangnya kemal di belakang Kp. Rambutan. Memang sungguh beruntung karena penetapan meeting point dilakukan disana, dekat hehe. Berjalan kaki sebentar ke tempat perjanjian, ternyata Asuukk udah ada disana bareng dengan Bayu a.k.a Abay.

Sambil menunggu yang lain, biasalah teman yang setia lainnya adalah permen, kopi, dan rokok. Memang tidak heran rasanya jika berjanjian dengan orang Indonesia selalu telat. Yap, selalu. Dari jam 9 paling telat, jam 10 lah saat itu kami baru berangkat. Rombongan berangkat dari sana berjumlah 18 orang, ga banyak yang gua hapal namanya. Mencoba mengakrabkan diri dengan teman seperjalanan. Tiba di Komdak jam setengah 11, beruntung lalu lintas Jakarta malam hari ini bersahabat. Lanjut ke rest area daerah tangerang, teman naik satu lagi hingga klop berjumlah 20 orang. Mobil menembus malam, sama dengan saya yang mencoba menembus alam mimpi didalam mobil yang berdesakan. Sesekali terbangun untuk memperbaiki posisi tidur, ataupun rasa pegal karena 5 jam dalam posisi tak bergerak. Hingga awan gelap menjemput kami, pada sebuah desa bernama Sumur pukul 04.30.

Haaaaaaaahhh, keluar dari pintu mobil berpenumpang 20 orang dan disambut dengan hawa dingin subuh sebuah desa dengan latar pegunungan. Bisa kalian rasakan pastinya paru-paru memompa dengan nikmat udara manusia perkotaan. Bagi yang nonmuslim dipersilakan untuk memenuhi tanggung jawabnya menunaikan ibadah wajib hari itu. Menunggu kabar dari pemilik kapal yang hendak mengantarkan kami menuju tempat yang didambakan. Sambil menunggu, kami dan teman-teman backpacker menyempatkan makan di sebuah SD yang memang dijadikan tempat menuju pelabuhan Sumur. Luar biasa, hanya dengan empat ribu rupiah kami dapat menikmati sepiring nasi uduk dengan lauk semur tahu serta satu buah gorengan dengan minum teh hangat. mengutip kata fenomenal yang saat ini sering muncul, "bahagia itu sederhana", tepat saya rasakan saat itu.


sampe kenyang cuma empat ribu dah :D


Jam menunjukan diangka 8, kami sudah menunggu 15 menit di pelabuhan Sumur, tempat yang masih jauh dari kata istimewa. Karena menurut saya lebih cocok dikatakan tempat pelelangan ikan. Tapi dari sini tujuan tersebut dapat terwujud. Layaknya pelabuhan, banyak kapal yang bersandar disini. Nelayan yang baru pulang setelah semalam suntuk mencari hasil laut kekayaan Indonesia. Ada pula satu bangunan usang dengan beberapa pekerja yang tengah mengangkat keranjang-keranjang plastik berisi ikan teri segar yang akan dijadikan panganan khas daerah tersebut.

Pagi hari di Pelabuhan Sumur

Nelayan yang baru kembali mengambil hasil tangkapan

Salah satu proses memasak di Pelabuhan Sumur

Kiri - kanan : Abay - Kacung - Bang ganteng

Hasil tangkapan nelayan sini dominan ikan teri yang akan diasinkan

Kapalpun datang, kami menaikkan barang satu persatu dengan hati-hati. Meninggalkan bau semerbak tempat pelelangan ikan, menembus lautan biru Samudera Hindia. 30 menit hinggan 1 jam pertama diatas kapal saya tertarik dengan pemandangan disana. Akan tetapi rasa ngantuk mengalahkan semuanya. Dengan membawa bantal tiup, semilir angin membasuh wajah ah nikmat rasanya. Kacung tiba-tiba membangunkan saya yang tengah menagih hutang kepada tidur. Tak terasa 4 jam berlalu, dan kini saya dihadapkan dengan pemandangan saya menakjubkan.


Dermaga kayu pulau peucang

Salah satu kapal yang tengah bersandar


Sisi barat pulau peucang

Gradasi warna air laut yang memanjakan mata

Panorama seberang pulau peucang

Abay dengan jempolnya
Kacung yang meratapi kakinya yang lecet haha

Asuuukk


Kami semua turun dari kapal untuk melapor diri karena akan bermalam di pulau seberang tersebut. Ketua kelompok menjadi wakil, sedangkan sisanya apalagi selain mengabadikan momen indah tersebut. Berfoto mungkin obat indah yang selalu orang lain butuhkan saat ini. Kelak nantinya hanya memori yang terekam jelas dan fotolah yang mampu menggambarkan indahnya sebuah tempat. Mengapa demikian? karena dalam diri saya timbul keraguan bahwasanya manusia diciptakan mampu menjaga apa yang telah diberikan-Nya. Semoga ini hanyalah skeptis diri saya tentang manusia saat ini.

Pulau ini cukup luas, saya tidak mengeksplorasinya secara keseluruhan, hanya sebagian kecil saja. Berjalan sedikit kalian akan menemukan tulisan semen Pulau Peucang. Di belakangnya terdapat rumah panggung utama untuk lapor yang akan menjelajahi gugusan pulau Taman Nasional Ujung Kulon. Sekelilingnya terdapat rumah panggung sejenis yang disewakan untuk tamu yang ingin bermalam dengan kategori yang cukup mewah, karena di pulau ini tidak diizinkan untuk membangun tenda. Rumah yang juga dihuni oleh para penjaga pulau-pulau sekeliling. Terdapat lapangan yang cukup luas di tengah, jika ada acara penting akan dilakukan di lapangan tersebut. Pulau peucang memiliki hewan-hewan asli yang berkembang cukup baik disini seperti rusa, monyet, babi hutan, maupun biawak. Mungkin itu pula sebabnya ada pelarangan camping di pulau peucang. Untuk monyet diharapkan lebih hati-hati karena monyet tersebut suka mencuri barang bawaan anda yang dianggapnya sebagai makanan.

Bang ganteng + kacung
Add caption
kiri - kanan : kacung - bang ganteng - abay - abang bakung - dinda


rame-rame pokonya

kantor lapor TNUK

peresmian bangunan



pusat informasi dengan romi dan dinda


si brooo..

kalo kata abay nanas laut :|

Setelah selesai proses registrasi, rombongan kami langsung menuju ke spot snorkeling. Perjalanan dua hari satu malam ini memang dijadwalkan untuk snorkeling di dua titik. Satu titik dekat dengan pulau Peucang, satu lagi lebih ke selatan dekat dengan pulau Panaitan. Sayangnya dimusim angin barat periode oktober-maret cuaca sungguh tidak bersahabat. Ombak besar selalu jadi teman diperjalanan. Maka dari itu hanya satu spot saja yang dikehendaki. Check it :)






Kurang lebih seperti gambar diatas pemandangannya. Untuk bawah lautnya, penilaian saya berikan nilai 75 dari skala 100, not bad walau banyak karang yang mati. Hardcoral mendominasi perairan di Taman Nasional Ujung Kulon. Setelah 1,5 snorkeling kami lanjut diantarkan oleh nahkoda untuk ke Tanjung Layar, sisi tersudut yang memiliki mercusuar. Tapi sungguh disayangkan, Ombak besar lagi lagi mengancam. Kapal kecil yang harusnya bergantian mengantarkan kami ke pinggir pantai tidak mampu menepi. Ombak setinggi 2 meter jadi lawannya. Kesan kecewa wajar terasa dalam diri, begitu pula dengan wajah-wajah teman lainnya. Tapi jujur selama perjalanan sebelumnya, saya sudah berjanji untuk diri saya untuk menikmati keindahan ini tanpa harus memaksakan diri. Kalo ga bisa sampe puncak gunung, ya jalanlah semampunya. Kalo ga bisa menepi karena ombak tinggi, jangan jadikan nyawa taruhannya, pikirkan dengan logis :)

Sebagai gantinya kami kembali ke pulau Peucang untuk membersihkan diri setelah snorkeling tadi dan lanjut ke Cidaon. Salah satu tempat yang persis berada di seberang pulau Peucang. Kurang lebih kami tiba di Cidaon jam 4 sore. Penentuan tempat camping dan membangun tenda dengan segera sebelum malam menjelang. Kami memilih dekat dengan muara sungai pulau tersebut, pas menghadap laut lepas. Bagi tugas yang adil, maka semua selesai dengan cepat. Jam 6 kami sudah selesai ibadah dan makan malam bersama. Ah andai saja saya memiliki kamera yang cukup mumpuni menjepret jutaan kilauan bintang yang menari jauh di langit sana. Malam yang sungguh luar biasa 14 Februari 2015 saat itu.
camping ground dekat muara

Jam 9 malam setelah berceloteh dengan teman-teman lainnya, saya merasakan kantuk yang sangat. Wajar, seharian memompa diri ini untuk bersenang-senang, rehat pilihan tepat. Belum sampai mata ini benar-benar terpejam, Abay sibuk dengan memainkan senter kearah laut lepas dan berteriak cahaya yang memantul dari permukaan air. 15 menit berselang setelah terus-menerus menebak, ada yang bilang bahwa itu kunang-kunang, ada yang bilang ikan silau, dan lain sebagainya terjawab juga. Buaya muara dengan panjang 2 meter nampaknya akan pulang ke istananya, muara sungai tersebut. Kepanikan melanda kami, alhasil dibagi jadwal bergilir untuk tetap menjaga agar buaya tersebut tidak mendekat ke camping ground kami. Dan saya yang sudah mengantuk parah, memutuskan untuk tidur lebih dulu dan bangun jam 2 pagi.

Pukul 2 pagi saya bangun dengan sigap, karena memang tak enak kalo harus membiarkan yang lain berjaga semalaman. Saya dapat tugas jaga dengan Bang Sabil, Bang Bakung, dan Mas NN, saya lupa namanya hehe. Tapi mereka mungkin masih ngantuk, sesekali tertidur, biarlah mata saya cukup segar telah tidur 4 jam. Sesekali melihat aktifitas buaya tersebut ditemani rokok serta kopi, syahdu sekali. Lapar menerjang, tinggal goreng sosis bekal kelompok yang telah disediakan. Hingga pukul 5 solat, dan satu persatu membuka retsleting tenda. Selamat pagi Ujung Kulon.

Trekking sebentar ke dalam untuk melihat banteng, merak dan rusa liar, yang kami temukan hanya merak yang malu setelah kami mendekat. Satu lapang cibom yang cukup luas, menjadi tempat pengawasan binatang-binatang liar dari penjaga taman nasional disini. Lalu kembali ke camping ground, berputar memanfaatkan waktu sisa untuk hunting foto.

padang rumput Cidaon

tengkorak banteng berusia puluhan tahun (jangan percaya, ini ngasal ahaha)

papan informasi

manteman

Asuukk dan Abay mau nyamperin buaya semalem

sekali-kali bolehlah yaaa


muara dengan air hijau tosca, jernih..

Jam 8an kami semua sarapan karena perahu sudah bersandar di pulau Cidaon, menunngu kami untuk kembali ke Pelabuhan Sumur. Kurang lebih setelah selesai packing, kami berangkat kearah Sumur, tapi sebelum itu mampir ke pulau Handeuleum untuk cannoeing. Jam 12 kami sudah tiba di Pulau Handeuleum, salah satu pulau yang menjadi bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon. Langsung registrasi, sambil menunggu kami ditemani oleh beberapa rusa yang berani berinteraksi langsung dengan kami, biasanya malu-malu.

sarapan bareng BPI 
Mendapat kabar kurang baik bahwa sungai cigenter siang itu berombak cukup kencang, dan berbahaya untuk cannoeing. Padahal saya sangat antusias dengan sungai tersebut, kalau beruntung jejak badak, ular phyton jadi jawabannya. Alhasil petugas sana memberikan opsi sungai lainnya, tak apalah biar sekalian jalan hehe. Setengah jam menunggu kami siap untuk berkano, lets go yeah!! Kurang lebih mendayung setengah jam dibantu dengan mesin kapal jika memungkinkan, kami sampai di sungai tersebut, saya lupa lagi namanya hehe. langsung liat aja yah daripada ngetik mulu, cape ahaha.



Biar panas menyerang foto jalan terus


tim 2

tim 1

tim 3








Selama perjalanan ga banyak yang terlihat, cuma dua ekor ular phyton kecil bergelantungan di pohon, serta sebuah bangau yang tidak sempat saya ambil gambarnya. Menurut petugas yang mengendalikan perahu, disini surganya udang bakau, banyak tapi sukar untuk diambil, sayang. Sekitar dua jam lamanya kami cannoeing, cape juga ngaduk air haha. Balik lagi ke Handeuleum, terus melanjutkan perjalanan balik ke Pelabuhan Sumur. Tak lupa foto bersama buat kenangan manis baik nyata maupun sebatas ingatan.




Pas perjalanan pulang foto lagi, puas-puasin diri hehe. Terus ada masalah dikit sama kapalnya karena benturan keras dengan ombak, benerin sebentar di rumah apung milik pak nahkoda. Ga butuh waktu lama kalo dari Pulau Handeuleum, sekitar 1,5 jam kita udah sampe di Pelabuhan bau anyir khas ikan haha. Tapi siapa yang sangka, dibalik tempat yang apa adanya tersembunyi lukisan indah karya Sang Pencipta.







Numpang mandi di rumah pak RT yang welcome banget sama wisatawan yang mau kesana. Sebagai gantinya mungkin cuma jajan-jajan warung aja. Anak-anak disini ada yang berani diajak foto, ada juga yang malu-malu. Ah, lengkap rasanya perjalanan ini. Banyak persepsi tentang apa itu kebahagiaan. Menurut saya menikmati tanpa merusak alam dan terus menjelajah luasnya Indonesia dari titik terdalam hingga daratan tertinggi sekalipun. Baik yang yang sudah dikenal banyak orang, maupun yang belum tercicipi sekalipun. Jadilah pejalan yang bertanggung jawab pesan saya.

Seperti biasa diakhir tulisan saya mengucapkan maaf karena banyaknya kekurangan baik dalam penulisan maupun gambar yang diambil. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat yang mau ngetrip ke Taman Nasional Ujung kulon. Semoga tidak mengandung unsur SARA.
Terima kasih buat Sang Pencipta Semesta, Allah SWT
Terima kasih buat izin jalan-jalan orang tua saya
Terima kasih Shinta Putri Wulandari, maaf belum bisa diajak pas trip ini.
Terima kasih mpok dan ade saya hehe
Terima kasih buat Enter Traveller buat tempat jalan bareng dan share budgetnya hehe
Terima kasih buat yang suka baca tulisan-tulisan saya di sini, kalian yang buat saya semangat.

"Kalo lo tau Indonesia itu indah, ga ada waktu lagi buat galau"